Hidup Mau Dibawa Kemana Sih?

[Tulisan ini mengandung banyak pertanyaan tanpa benar-benar bisa dijawab. Harap maklum.]

------------------------------



Awal tahun ini saya mulai memasuki semester keenam. Akhirnya, setelah satu tahun jungkir balik di peminatan Jurnalistik, saya ternyata bisa bertahan hidup. Apalagi digempur dunia organisasi pers mahasiswa, saya mencoba untuk memahami cara hidup di bidang ini.

Selain kegiatan di kampus, jujur aja saya nggak ngapa-ngapain. Ada sih kegiatan komunitas di Kulon Progo, tapi beberapa waktu kemarin kayak masih lebih aktif saat liburan semester. Habis liburan kelar, sama-sama sibuk sendiri.

Yah, bagaimanapun juga bisa dibilang saya lebih fokus ke kuliah. Saya juga kembali lagi jadi anak introvert yang males ketemu orang, tiap hari kalau benar-benar nggak ada kegiatan keluar ya cuma di rumah aja. Sampai Bapak saya nanyain, Kok di rumah aja? Organisasi yang itu gimana? Hm, saya jawab kalau saya udah nonaktif.

Tapi, keadaan yang saya anggap nganggur itu rupanya nggak bikin hati saya tenteram dan otak saya berhenti mikir. Saya justru ngerasa resah banget, seakan hidup saya nggak ada semangat lagi buat mencapai passion saya.

Terus saya mikirlah, passion saya apa sih? Benarkah nulis? Yakinkah bakal meneruskan karir di dunia jurnalistik? Atau mau jadi abdi negara aja? Nyalon bupati juga barangkali?

Semenjak lulus SMA, saya jadi getol banget mikirin masa depan. Tapi, semua itu cuma penuh pikiran yang berfokus pada harapan, harapan, dan harapan. Tanpa ada refleksi plus minus diri saya. Akhirnya apa? Saya merasa nggak maksimal karena saya nggak ada usaha untuk mengatasi kelemahan.

Yang saya lakukan cuma asal aja ambil kesempatan. Ada ilmu ini, pelajari. Ada event itu, ikuti. Tanpa pernah benar-benar berpikir sebenernya semua itu perlu nggak sih? Sejalan nggak sih sama tujuan hidup saya?

Sekali lagi.... apa sih tujuan hidup saya? Sudah menginjak semester enam kuliah, saya bukannya makin yakin, tapi makin panik sama masa depan. Ditambah sebuah tawaran dari dua orang teman yang ngajak bikin proyek sosial buat anak muda. Fokus proyeknya tuh begini: ngasih mentoring ke anak muda tentang life plan.

Sebentar. Tunggu dulu. Life plan saya pribadi apa kabar?

Buru-buru saya banyakin browsing di google tentang life plan, life map, dan hal-hal yang bersinggungan dengan itu. Nggak cukup, saya nanya ke teman yang saya rasa tau banyak tentang life plan dan nampaknya life plan dia sendiri sudah benar~

Tapi semua itu nggak bikin saya tenang.

Hidup saya mau dibawa kemana aja saya masih menerawang. Masa depan memang masih blur, siapa juga yang tahu? Pemahaman diri, kelemahan dan kelebihan diri, tujuan hidup, dan bagaimana cara mencapainya malah bikin saya keder sendiri.

Tapi, saya ingat ucapan Pak Prapto, seorang Sosiolog dari UGM yang pernah saya wawancara buat proyek Indepth Reporting. Beliau bilang bahwa level manusia itu ada empat. Bisa memahami diri sendiri, bisa mengendalikan diri sendiri, bisa memahami orang lain, lalu baru bisa mengendalikan orang lain.

Kita tidak bisa memahami orang lain tanpa pernah memahami diri sendiri. Begitu juga ketika kita ingin mengendalikan orang lain, akan mustahil kalau kita belum bisa mengendalikan diri sendiri.

Secara sederhana, permasalahan di hidup kita harus 'selesai' dulu sebelum kita menyelesaikan masalah milik orang lain. Buset, kesannya ikut campur banget tu ya? Tapi kuharap kalian paham ya sama maksudku.

Tapi, akankah situasi ideal itu bakal tercapai?

Entahlah. Saya malas mikir.

Yang pasti, pemahaman diri sendiri itu saya rasa bisa dicapai dengan kemauan mengkonsep life plan. Untuk itu, saya mohon undur diri sebentar untuk memantapkan life plan, ya? Nanti saya share jika benar-benar sudah mantep.

Komentar

  1. Membaca ini turut bersyukur karena bukan saya aja yang masih kebingungan astaga semoga sama-sama medapatkan pencerahan kembali Jeng mungkin saja kita sedang jenuh atau apa hehehe yang utama mungkin coba menikmati dan mengamati saja dulu alurnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaa ternyata aku gak bingung sendiri! Iya nampaknya sedang jenuh & capek jadi malah mikir ngalor-ngidul.

      Hapus
  2. Quarter life crisis, aku pun mengalaminya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Berkatalah yang baik atau diam.

Postingan Populer