Buku Adalah Pelarianku

unsplash.com


Bayangkan Anda berada di sebuah ruangan berdinding rak-rak menjulang berisi penuh buku. Sebagian orang mungkin merasa bahagia sedang berada di situasi tersebut. Dikelilingi berwarna-warni sampul buku, ia merasa hidupnya akan penuh warna pula. Sebagian yang lain mungkin merasa tidak betah, dikarenakan keengganan menelusuri setiap lembaran buku, maupun jenuh mencium bau buku tua. Termasuk ke dalam kategori yang manakah Anda?


Saya memilih opsi pertama. Saya berharap melalui buku dengan sampul warna-warninya, hidup saya pun bisa turut berwarna. Bagi saya, buku menjadi semacam pelarian saya jika sedang merasa tidak nyaman dengan kehidupan saya yang membosankan. Meski tidak semua kisah yang ditawarkan dalam buku juga berakhir bahagia, buku tetap menjadi pelarian terbaik. Pun ketika dalam keramaian, saya menolak untuk bicara. Saya tidak masalah membaca dalam situasi ramai. Selama mereka sibuk dengan dunia mereka dan tidak menjahili saya, saya tetap bisa mencerna isi buku.

Namun, membaca memang bukan hal yang disukai semua orang. Banyak orang lebih menyukai aktivitas lain dibandingkan membaca. Membaca bagi mereka, sungguh membuang banyak waktu. Kecuali membaca buku yang diwajibkan dalam pembelajaran di sekolah maupun bangku kuliah, mereka memilih aktivitas lain alih-alih membaca buku. Bahkan, UNESCO pernah meneliti pada 2011 mengenai minat baca di Indonesia. Pembaca di Indonesia hanya ada 1 dalam 1000 orang. Miris sekali menyadari saya hanya sendiri di antara seribu orang lainnya.

Tinggal di sebuah desa kecil memang membuat lingkungan saya terbiasa bermain di luar dibandingkan membaca buku. Dalam satu kabupaten, hanya ada satu toko buku, pun hanya menjual buku materi pelajaran sekolah dan buku-buku umum. Tidak ada buku cerita dan dongeng. Hal itu membuat saya berpikir tidak ada menyenangkannya membeli buku di sana. Belum lagi keberadaan perpustakaan umum dan taman baca yang minim. Hanya ada satu perpustakaan daerah dan hanya di tempat itulah saya memuaskan hasrat saya pada buku, selain di perpustakaan sekolah. Buku-buku di sana lumayan lengkap dan saya sering mengunjunginya kala sempat. Namun sejujurnya, saya selalu menyempatkan diri.

Membaca buku juga bukan aktivitas yang lumrah di keluarga saya. Mereka beranggapan buku yang bagus merupakan buku materi pelajaran sekolah. Sewaktu kecil, jika saya kedapatan membaca buku dongeng, saya akan dimarahi habis-habisan. Kemudian saya akan menutup buku itu sejenak, mencari tempat persembunyian, lantas melanjutkan menelusuri tiap lembarnya. Hingga saya dewasa, pandangan mereka ketika mendapati saya membaca buku masih saja tidak bersahabat. Namun, saya saat ini lebih tidak peduli dengan itu dan memilih tetap menikmati buku.

Terkadang, saya merasa tidak enak hati pada buku-buku yang saya jadikan pelarian. Namun, harus diakusi saya berhutang banyak terhadap buku-buku yang saya baca. Mereka membuka pandangan saya bahwa dunia tidak sesempit yang saya pikirkan. Buku membuat saya bisa merasakan kehidupan lain dalam satu waktu. Saya tidak perlu mengeluarkan biaya mahal jika ingin menikmati suasana kota Eropa, cukup dengan membaca buku tentang Eropa. Saya bisa memahami pikiran orang lain sekalipun saya bukanlah orang tersebut. Dalam satu kali membaca buku, kesan yang saya dapat bisa berbagai rasa dan beragam warna. Buku memang sungguh ajaib!

Komentar

  1. Become a MASTER at LIVECASINO338
    Proses Deposit dan WD cepat hanya 1 menit!.
    Easy Win?, Easy Play?, Easy to make money?
    Contact Us :
    BBM : 2AD88032
    WA : +855965922558
    YM : cs_livecasino338

    http://update338.blogspot.co.id/2017/10/kurir-ganja-14kg-di-ringkus-polsek.html
    http://update338.blogspot.co.id/2017/10/liburan-ke-brastagi-2-warga-perbaungan.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Berkatalah yang baik atau diam.

Postingan Populer