Surat-Menyurat Tak Melulu di Zaman Kartini

Hari Sabtu lalu, aku baru saja mengirim secarik kartu pos untuk tujuan Bekasi. Kebetulan kawanku sedang berlibur ke sana dan meminta aku untuk mengiriminya kartu pos. Kemudian dia akan memberikan balasannya untukku dari sana, padahal dia orang Jogja juga seperti aku.


Jadi beberapa waktu lalu, kami sama-sama sedang berkhayal tentang masa depan. Kami sama-sama ingin ke luar negeri. Dia bersama suaminya kelak ke Paris, sedang aku ke London. *Amin!* Lalu, aku iseng memintanya untuk mengirimiku kartu pos ketika dia berhasil ke Paris. Aku selalu berharap suatu kali bisa mendapati secarik kartu pos terselip di bawah daun pintuku. Rasanya pasti.... *speechless* Sepertinya ini gara-gara aku iri dengan Lintang di film Laskar Pelangi yang mendapat kiriman kartu pos bergambar Paris dari kawannya, Ikal.



Mau banget dapet ginian!

Berbicara tentang kirim-mengirim kartu pos, kalian pernah kirim-mengirim kartu pos juga belum? Atau surat-menyurat dengan kawan di daerah lain? Kalau saat ini mungkin sudah jarang, ya. Maklum saja, peran teknologi sudah mengambil alih. Kita lebih gampang menelepon langsung, atau mengirim pesan singkat, atau bahkan via internet. Teknologi memang mempermudah pertukaran informasi. Apalagi di zaman serba cepat seperti sekarang ini, mengirim surat yang butuh waktu berhari-hari tentu bukan pilihan efektif.

Namun sesekali kalian harus mencoba yang namanya berkirim surat atau kartu pos. Rasanya berbeda dengan berkirim pesan Whatsapp. Apalagi jika dari seseorang yang diharapkan, pasti lebih ‘ngena’ kalau melalui surat. Menurutku berkirim surat lebih ada ‘nyawa’nya. Asyik banget lho!

Aku ingat aku pernah punya sahabat pena waktu zaman SD dulu. Aku kenal dia dari majalah Bobo. Tapi baru 2 kali berkirim surat kemudian sudah tidak ada kiriman lagi. Entah dia tidak mau membalas atau suratnya memang tidak sampai.

Tapi aku merasa beruntung pernah melakukan kegiatan itu. Asyik banget! Sekarang meskipun sudah tidak ada sapen (sahabat pena), aku masih sering mengirim jawaban TTS ke koran memakai kartu pos. Untung saja koran masih menggunakan jasa pos, kalau tidak aku tidak akan memiliki pengalaman menyenangkan seperti ini.

Apalagi kalau di zaman ibu kita Kartini. Beliau senang berkirim surat kepada sahabatnya di Belanda karena tak bisa lagi menjalani kehidupan bebasnya. Karena saking banyaknya surat yang beliau kirim, JH Abendanon mengumpulkan surat-surat itu dan menuliskannya dalam bentuk buku. Kemudian Armijn Pane menerjemahkannya ke Bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Jujur saja, aku lupa apa isi buku itu. Aku pernah sekali membacanya ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Bayangkan saja, aku dengan standar otak SD membaca buku itu, aku tidak dapat menangkap maknanya -_- Tapi aku harus baca lagi!

wikipedia: Habis Gelap Terbitlah Terang
Tidak cuma surat yang bisa dikumpulkan dan dijadikan barang bersejarah, perangko juga bisa! Kegiatan mengoleksi perangko dan barang-barang pos ini disebut filateli. Kegiatan satu ini juga tidak kalah seru dengan kegiatan berkirim surat itu sendiri. Kalau kalian hidup di zaman pra-reformasi, tentu kalian banyak mengirim surat. Bisa saja perangko-perangko itu kalian kumpulkan dan disusun dalam album perangko. Apalagi aku baru-baru ini dengar kalau perangko langka zaman bahuela sedang diburu.

Meneruskan perjuangan saudara yang mengoleksi perangko.

Mengalami kenaikan harga perangko dari seribu rupiah hingga kini, tiga ribu lima ratus rupiah.
Mengoleksi perangko tak hanya sebagai hiburan belaka, namun juga sebagai sarana investasi. Kalau perangko kalian sudah banyak, bisa kalian tukar atau jual ke pengoleksi perangko yang lain. Pasti ada yang minat! Kan seru :3

Berkirim surat dan kartu pos juga tidak hanya bertujuan untuk bertukar informasi atau mengirim rayuan gombal saja, ya, namun juga sebagai sarana perngenalan kebudayaan Indonesia. Gambar-gambar yang terdapat di perangko dan kartu pos bisa memperkenalkan negara Indonesia yang kaya akan ragam budaya dan adat istiadat kepada daerah dan negara lain. Apalagi saat ini sedang ada Konferensi Asia-Afrika, wuih, aku nunggu-nunggu banget acara besar itu bisa jadi gambar terbaru di perangko dan kartu pos!

Jadi, jangan berpikir bahwa mengirim surat atau kartu pos itu aneh-aneh, kuno, lama, dan membosankan. Meski sudah tidak lagi menjadi sarana bertukar informasi yang paling utama, namun berkirim surat masih banyak manfaatnya. Ayo kita hidupkan lagi budaya berkirim surat!

Komentar

  1. Pernah sekali ngirim kartu pos kemarin ke Cinemagz , niatnya buat dapet pin Mockingjay tapi belum beruntung, jaman aku kecil nggak kenal sama Bobo --" kalo surat belum pernah juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, semoga lain kali beruntung! :D
      Pernah tuh pas ngirim paket ke aku ada suratnya wkwk :p

      Hapus
    2. Yah kan nggak pake pos :'D

      Hapus

Posting Komentar

Berkatalah yang baik atau diam.

Postingan Populer