Pembalasan dan Pembelaan

Beberapa waktu yang lalu, sahabatku, namanya Dyar, menulis di blognya. Di sana ia bercerita tentang betapa lamanya kami tlah bersahabat --sejak SD hingga saat ini--, betapa absurdnya persahabatan kami, betapa rindunya ia dengan masa SD di mana kami masih satu kelas, yang mana kini kami telah berbeda sekolah.

Membaca tulisan itu, dalam hati akupun merindu. Teringat kembali saat pertama kali aku dan dia berada di kelas satu SD. Saat itu kami belum saling mengenal. Aku melihat Dyar asyik sekali bermain dengan kawannya. Di kepalanya terpasang bandana hitam. Bibirnya riang berceloteh. Ia nampak rempong sekali -_- "Cerewet," batinku SAAT ITU.


Entah bagaimana akhirnya kami berkawan dekat. Namun kami juga selalu terbuka dengan kawan-kawan lain. Hingga suatu kali, entah ada dorongan apa aku lupa, aku masuk salah satu geng 'elit' di kelas. Entah bagaimana prosesku mendaftar, apakah pakai seleksi hingga babak grand final atau tidak, aku lupa. Perasaanku biasa saja. Bagiku, hal itu hanyalah sebuah proses menambah teman. Namun tidak begitu dengan sahabatku tadi. Ia marah karena aku masuk ke geng itu. Mungkin karena ia takut kehilanganku.:3 Namun nyatanya? Kami tetap bersahabat.

Oh, ya! Aku menahan tawa saat dia menuliskan, bahwa ia amat sangat jengkel padaku saat aku membuat benteng tinggi di sekeliling lembar jawaban ulanganku. Hihi :3 Maafkan aku. Aku hanya mempertahankan prinsipku yang mana saat ini prinsip itu terkadang lenyap juga. Saat ini aku tidak sejujur dulu. Aku merindukan aku yang dulu :')

Sahabatku ini sering kuomeli, karena ia memang pantas diomeli! Ia sungguh ceroboh, tidak hati-hati, grusa-grusu~ Ah, entahlah hidupnya tanpa aku..

Ia pun sering ngomel padaku. Tentang betapa tertutupnya aku dan betapa aku tak pernah menganggapnya ada. Dan di sinilah kuungkap pembelaanku xD Memang, aku adalah orang yang sulit terbuka, dan jarang bercerita tentang masalah pribadiku. Namun itu memang aku tak pernah mengganggap masalahku berat. Pernah suatu kali aku mengalami masalah berat, aku merasa saat itu bukan waktu yang tepat untuk berbagi. Kemudian waktu berlalu, dan aku melupakan masalahku. Jadi, aku malah lupa bercerita tentang masalahku padanya. Maafkan aku. Bukan maksudku tidak menganggapnya ada, hanya saja terkadang aku memang lebih suka menyimpannya sendiri :) Mengertilah..

Dyar, sahabatku, adalah orang yang tak akan pernah menyakitiku. Ia akan selalu berkorban untukku, tidak sepertiku memang. Aku belum bisa menjadi sahabat yang baik, aku sering melukai hatinya.

Oh ya.. Ia juga sering cemburu (?) *mendadak geli* jika aku sedang bermain dengan kawanku yang lain. Seperti yang terjadi ketika kelas satu SD. Ia selalu kurang suka, jika aku bermain dengan kawanku dari SMP atau SMA. Memang karena kami tidak lagi berada dalam satu kelas, aku pun membutuhkan kawan lain. Kita memang diharuskan melebarkan relasi bukan? Masa' kita hanya berteman dengan itu-itu saja, mana bisa? Bagaimana dengan teori sosiologi? ._. Dia selalu merasa, kawan-kawanku yang lain akan merebutku darinya. Posesif sekali -__- Ya, jujur saja aku suka hal itu. Ia memang benar-benar menganggapku sahabat sehidup semati. Nmaun, ia pasti juga memiliki kawan dekat lain. Namun, aku tak pernah merasa tak suka jika ia berkawan dengan siapa.. Aku sungguh tak habis pikir dengan sahabatku itu -_- Mengapa ia tak mempercayaiku? Aku ingin sekali ia percaya bahwa kami akan bersahabat selamanya.

Aku ingin sekali ia terus menjadi sahabatku hingga kapanpun. Aku ingin ia percaya, bahwa sebanyak apapun kawan dekatku, hanya ia yang terbaik. Meskipun orang lain di luar sana berkata buruk tentang kami, kami akan selalu bersama selamanya.

Komentar

Postingan Populer