[Resensi Novel] Melbourne: Rewind







Judul      : Melbourne: Rewind (STPC)
Penulis   : Winna Efendi
Penerbit : GagasMedia
Genre     : Percintaan Remaja
Tahun     : 2013
Tebal      : xii + 328 hlm
ISBN      : 979-780-645-6


♫ Someday we'll know if love can move a mountain
Someday we'll know why the sky is blue
Someday we'll know why I wasn't for you ♫
(Someday We'll Know - New Radicals)

Melbourne. Novel dalam lini STPC (proyek GagasMedia-Bukune) keenam yang saya baca. Memang nggak semua novelnya saya review sehabis selesai baca, nggak sempat. Keburu diminta yang punya, keburu dipinjam teman, keburu ada kerjaan lain. Maklum masih sekolah, harus membagi waktu. Novel Melbourne inipun bukan milik saya. Saya pinjam dari teman sekolah saya. Saya memang nggak modal.

Sebenarnya saya sudah cukup mengenal novel Melbourne sejak bulan November lalu. Tadinya saya ingin membelinya untuk melengkapi koleksi. Tetapi saya mengurungkan niat saya karena uang saya nggak cukup karena bertabrakan dengan novel London yang lebih menarik perhatian saya. Saya pernah meresensinya di sini. Maklum, uang saku anak sekolah hanya pas-pasan. Eh, begitu tau ada seorang teman yang punya, saya langsung pinjam saja. Nggak tahunya, saya menyesal juga nggak beli novel ini. -_-

Jujur saja, ini adalah novel karya Winna Efendi pertama yang saya baca. Saya sejujurnya sudah mengenal Winna Efendi sejak lama, banyak yang berkata ia adalah penulis dengan karya-karya yang sangat bagus. Tapi saya belum pernah membaca karya lainnya. Bahkan Refrain yang sudah difilmkan pun belum saya baca. Habis nggak ada yang meminjamkan saya novelnya. Katrok, ya -_-

Novel ini menceritakan tentang dua orang anak manusia yang pernah menjalin hubungan, lalu memutuskan berpisah, kemudian dipertemukan kembali dengan kondisi yang berbeda -dengan latar kota Melbourne. Laura, seorang gadis penyiar radio dengan selera musik yang berbeda dengan kebanyakan orang, dan Max, seorang laki-laki yang punya obsesi berlebihan dengan cahaya. Laura sebenarnya adalah seorang lulusan akutansi, namun ia lebih memilih menjadi freelancer, menjadi apa saja yang sesuai dengan kehendak hatinya, menjadi penyiar, penulis di majalah, penerjemah, dan pekerjaan menyenangkan lainnya. Sedangkan Max, ia adalah seorang light desainer untuk konser-konser.

Mereka dipertemukan oleh sebuah walkman tua. Laura kehilangan walkman-nya dan Max yang mencurinya menemukannya. Berawal dari ngopi bareng di sudut Prudence, akhirnya mereka terbiasa menghabiskan waktu bersama. Akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran beberapa minggu kemudian. Namun akhirnya hubungan mereka berakhir yang disebabkan oleh obsesi Max terhadap cahaya. Setelah itu mereka berpisah, Max pergi ke luar negeri dan Laura tetap tinggal di Melbourne. Kemudian mereka dipertemukan kembali setelah enam tahun berkelana di kehidupan masing-masing. Mereka bertemu, berteman lagi, dan menjalani rutinitas seperti dulu, seperti saat semuanya belum berakhir. It's weird, I know. Keduanya menyadari bahwa tidak ada mantan yang jadi teman. Semuanya pasti sudah berbeda. Hingga salah seorang dari mereka mengakui bahwa di hatinya masih tersimpan rasa yang tak pernah hilang, rasa seperti dulu. Namun justru pengakuan itulah yang semakin meregangkan hubungan mereka.

Saya menyesal nggak jadi membeli novel ini. Padahal isi novelnya bagus sekali. Plotnya memang sederhana, namun Winna Efendi mampu mengemasnya dengan baik menurut saya. Setiap kata yang dipilihnya mampu membekas di hati saya, ngena banget. Penjelasannya rinci, namun menurut saya tidak bertele-tele. Good job, Winna! Di dalam novel ini juga banyak lagu-lagu yang mengiringi perjalanan Max dan Laura.

Tapi seperti novel STPC terbitan GagasMedia lain, cover novel ini kurang menarik. Hanya warna kuning dengan dihiasi sedikit motif yang merepresentasikan Suku Aborigin di Australia. Namun begitu tahu bahwa penulisnya adalah Winna Efendi, saya yakin novel ini akan menarik pembeli.

Ada banyak kalimat yang menurut saya ngena banget di hati saya. Sebagian akan saya cantumkan di bawah. Masih banyak lagi sebenarnya. Namun karena novenya keburu dipinjam orang, akhirnya saya hanya mengutip beberapa ini :
  • Masa lalu selalu memiliki momen-momen tersendiri untuk membayangimu, lalu mengingatkanmu pada waktu yang kurang tepat. Membuatmu bertanya-tanya, apakah kamu sudah membuat keputusan yang benar? Kadang kala jawabannya adalah ya, dan kau rela bergerak maju tanpa sesal, kadang jawabannya adalah tidak. -hlm 22-
  • Ironisnya lagi, masa lalu punya cara tersendiri untuk mengejutkanmu, tanpa pertanda. -hlm 24-
  • Kadang lebih nyaman membicarakan cinta, ketika kamu nggak lagi bersama.
  • "Dalam hidup ini lo nggak selalu bisa dapetin apa yang lo mau, orang-orang yang lo sayang nggak bisa selalu punya perasaan yang sama. Karena itu gue percaya, akan selalu ada orang-orang lain yang bisa memberikan bentuk kebahagiaan lain." Laura. -hlm 80-
  • Nyaman adalah berbagi waktu tanpa merasa canggung. Nyaman adalah menikmati keberadaan masing-masing walau yang dapat diberikan kepada satu sama lain hanyalah kehadiran itu sendiri. -hlm 94-

Komentar

  1. jadi kepingin beli novelnya ni hehe :)
    btw salam kenal ya, mampir juga dong ke blog aku http://anisaoktariani.blogspot.com/ :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, salam kenal :) Terima kasih sudah mampir :)
      Ayoo beli novelnya! Seru loh :D
      Oke, tunggu kedatangan saya ya ^^

      Hapus
  2. Hadaw,
    saya berkali2 liat orang yg bikin review tentang novel ini.
    tapi sampai sekarang saya belum berhasil nemuin di toko buku ><

    BalasHapus

Posting Komentar

Berkatalah yang baik atau diam.

Postingan Populer