Renungan Hari Ibu
Mama.. Mama..
You know I love you
Oh, you know I love you
Mama.. Mama..
You’re the Queen of my
heart
Your love is like tears
from the stars
Mama, I just want you
to know
Loving you is like food
to my soul
(Song For Mama – Boyz II Men)
Setiap tahun setiap tanggal 22 Desember kita selalu
memperingati Hari Ibu Nasional. Hari itu
selalu diwarnai tangis haru, rasa rindu, dan ucapan-ucapan selamat kepada Ibu.
Ibu adalah sosok yang sangat berjasa bagi saya. Walau saya
tidak dibesarkan dan dirawat sepenuhnya dengan tangan Ibu, tapi tetaplah Ibu
yang berjuang mempertahankan saya selama kurang lebih sembilan bulan hingga
akhirnya saya dapat melihat dunia. Saya dirawat oleh Ibu saya hanya sekitar
satu setengah tahun, hingga akhirnya adik saya menyusul saya lahir ke dunia
kemudian saya diasuh oleh Nenek saya sampai sekarang. Ironis. *nangis*
Kadang saya berpikir, saya jauh dari Ibu karena adik, saya
berpisah dari Ibu karena adik. Semua gara-gara adik saya lahir. Tapi sekarang
saya tepis pikiran tersebut. Saya sadar itu semua kehendak Allah SWT. Dia
selalu tahu apa yang terbaik untuk umatnya. Adik saya juga karunia dari-Nya
untuk kedua orang tua saya, seperti saya. Sekarang saya sering menyesal pernah
memiliki pikiran jahat itu.
Walaupun saya sekarang tinggal jauh dari Ibu, tapi saya
sering bertemu Ibu. Ibu saya malah mendapat pekerjaan di dekat tempat tinggal Nenek
saya. Jadi setiap hari kerja saya bisa bertemu Ibu :’)
Ibu adalah sosok suri tauladan yang baik bagi saya. Walaupun
hubungan saya dan Ibu saya sedikit jauh, yah, tapi beliau selalu memberi contoh
yang baik bagi saya. Seperti Ibu yang pandai memasak makanan apa saja, seperti
Ibu yang pandai bergaul dengan lingkungannya, seperti Ibu yang mendapat pekerjaan yang baik padahal
tidak sesuai dengan pendidikan yang pernah ditempuhnya di perguruan tinggi. Ibu
saya adalah sosok yang supel, pekerja keras, dan tidak mudah menyerah.
Terkadang hidup tidak selalu menurut apa yang kita inginkan. Apa yang pernah
kita dapatkan tidak selalu menjadi yang bisa kita berikan. Hidup harus berjalan
walaupun tidak sesuai kehendak kita. Life
must go on.
Tanggal 22 Desember bukan hanya perayaan Hari Ibu bagi Ibu
saya, namun juga peringatan hari lahir beliau. Ya, Ibu saya lahir tanggal 22
Desember! Bisa saya bayangkan empat puluh lima tahun yang lalu ketika Ibu saya
lahir ke dunia, Nenek saya merasa menjadi Ibu yang sesungguhnya. Walaupun saat
itu Nenek saya sudah melahirkan dua anak, namun melahirkan seorang anak yang
pas dengan momen Hari Ibu akan menimbulkan perasaan bahagia tersendiri.
Namun hidup tetaplah hidup. Ada suka, ada duka. Ada yang
datang, ada yang pergi. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi setelah kita
menghembuskan nafas saat ini.
Pagi hari kemarin, tanggal 22 Desember, seorang Ibu tetangga
saya meninggal dunia. Seorang wanita yang dianggap ibu oleh Ibu saya. Seorang
Ibu yang bisa mengerti Ibu saya seperti Nenek saya. Ibu saya menangis ketika
jasad beliau dikuburkan. “Beliau adalah Ibu yang benar-benar Ibu,” begitu kata
Ibu saya.
Seperti yang dapat kita lihat, peran Ibu sangat besar bagi
kita. Ibulah yang menahan lelah membawa kita selama sembilan bulan dalam
kandungannya, Ibulah yang menahan sakit ketika kita lahir ke dunia, Ibulah yang
selalu sabar merawat kita, menuruti segala keinginan kita. Ibu selalu bisa
berkata ya dalam setiap permintaan kita. Ibu yang selalu menuntun kita dalam
setiap hembusan doanya. Ibu yang tidak akan pernah menunjukkan rasa bosannya,
rasa lelahnya, dan keluhannya di depan kita. Ibu yang selalu mengusahakan apa
yang kita inginkan. Namun apa yang kita berikan? Jujur saja, saya juga belum
dapat sepenuhnya berbakti kepada orang tua. Saya pernah membangkang, tidak
patuh, bahkan membentak orang tua. Namun sedetik kemudian saya sadar apa yang
saya perbuat telah kelewatan. Tidak seharusnya seorang anak menentang orang
tuanya, kecuali prinsip orang tuanya memang tidak sesuai dengan agama atau
norma.
Ibu adalah sosok wanita yang harus dihargai, dihormati, dan
disayangi sepanjang hidupnya. Tanpa beliau, kita tidak mungkin hadir di dunia
ini. Perjuangan dan kasih sayang Ibu tidak akan dapat kita gantikan dengan
apapun. Seperti kata pepatah, kasih Ibu
sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Maka dari itu, sayangilah Ibu
kita. Jangan pernah sia-siakan waktu jika Ibu masih berada di sisimu, karena
jika suatu saat kita jauh dari Ibu hanya sesal dan rindu yang dapat kita
rasakan.
innalillahi wa inna ilaihi raajiun...semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah, diampuni segala dosa-dosanya...
BalasHapussalam kenal kakak... www.makruf(dot)com
Amin :)
HapusTerima kasih kunjungannya, salam kenal ^^
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJangan putus doa ya untuk Ibu yang sudah dianggap Ibu sendiri oleh mbak :)
BalasHapusIya, pasti :) terima kasih kunjungannya :)
Hapus