Cerbung : Karena Terbiasa (Part II)
Bagi yang belum baca bagian pertama silakan ke sini.
Karena Terbiasa (Part II)
Karya : Dyar Ayu Budi Kusuma
“Jadi ini bikinan Mia, Tante? Rasanya sekelas toko bakery di ujung jalan sana itu, Tante. Enak,” kata
Arga sambil mencocolkan kue kukusnya denga madu yang disiapkan Mami sebagai
pelengkap.
“Keahlian Mia yang satu
ini didapatkan dari Tante, lho.” Mia melotot mendengar penuturan Maminya yang
sangat bullshit itu.
“Tante pinter bikin
kue? Wah, kapan-kapan Arga mau dibikinin kue dong, Tante,” ujar Arga sambil
asyik melahap kue bolu ubi itu. Mia hanya duduk santai di sofa, berhadapan
dengan Arga.
“Pasti, Nak. Oh iya, ada
apa sepagi ini datang kerumah cari Mia?”
“Yah, jadi lupa. Gini,
Tante. Arga pengen ngajakin Mia jalan-jalan. Kalau boleh sih,”
“Oh, pasti. Mia,
mandi!” Mami melotot tajam ke arah Mia yang mukanya datar-datar saja, lalu
menggeleng pelan.
“Mia lagi malas keluar,
Ma. Please.. pengen tidur ini,” kata Mia memasang muka paling malas yang dia
punya.
“No, Mia. Anak
perempuan nggak boleh malas. Apalagi diajakin jalan-jalan sama cowok ganteng,”
Mami mulai berkotbah.
“Kalau Mianya malas
pergi, besok lagi aja deh. Arga takut ganggu Mia istirahat,” tampang Arga
terlihat memelas sambil buru-buru meneguk teh hangat bikinan pembantu Mia.
“Mia!” Mami melotot
pada Mia sampai akhirnya Mia pasrah dan berkata, “Ok, ok. Mia mandi dulu. Tunggu
15 menit.”
Benar. 15 menit
kemudian, Mia menampakkan batang hidungnya lagi. Rambut panjangnya diikat
tinggi, dengan kaos favoritnya bergambar bendera Inggris, jeans panjang dan
sepatu all star hitam dia siap pergi ke entah kemana Arga mengajaknya nanti.
“Mia? Gitu aja?” tanya
Mami.
“Kaya gitu aja Mia udah
cantik banget kok, Tante. Anaknya saya pinjam dulu ya, Tante?” kata Arga sambil
menunduk sopan dan mencium tangan Mami Mia.
“Tentu, tentu. Hati-hati
ya, Arga.”
Dengan mobil jeep-nya,
Arga membawa Mia ke sebuah toko bakery yang menjual macam-macam kue lucu dengan
banyak rasa. Saat Arga membukakan pintu toko bakery itu bersamaan dengan saat
seseorang keluar dari balik toko. Ternyata itu Gandhi. Senior yang pernah
menggambari buku catatan Mia.
“Halo, Bro. Sendirian
aja, Lo?” sapa Arga saat mengenali wajah Gandhi. Gandhi dan Mia saling
bertatapan sekitar 5 detik sampai akhirnya Gandhi mengalihkan muka ke Arga.
“Iya. Gue duluan, ya?”
Gandhi cepat-cepat keluar toko itu dan melesat pergi dengan motor ninja hitam.
“Dia memang
agak aneh,” kata Arga pada Mia. Mia hanya mengangguk tanda setuju dengan ucapan
Arga.
Mereka membuat choco
chip di toko bakery itu. Bahagia memang mengenal orang baru yang mendukung
kesukaannya akan membuat kue. Arga sangat terampil mencampurkan mentega bersama gula palem serta
vanili, sampai akhirnya memasukkan adonan ke dalam oven dengan suhu 1600C.
Mia membawa pulang setoples choco chip enak buatannya sendiri.
“Kak
Arga, terimakasih atas, yah, semuanya. Hari ini menyenangkan,” kata Mia
disela-sela perjalana singkat mereka kembali ke rumah Mia.
“Syukur
deh kalau Mia menikmati. Oh ya, panggil Arga aja, ya?”
“Eh?
Arga? Terimakasih, Arga,” kata Mia sembari memberikan secuil senyum manisnya.
***
bersambung...
Tunggu lanjutan kisahnya,ya. Jangan lupa beri komentar. Terima kasih.
keren. ditunggu postingan selanjutnya ya.
BalasHapusmampir ke blogku juga ya
Terima kasih komentarnya :)
HapusOke :))